Diabetes Melitus (DM) atau yang awam disebut dengan Kencing Manis, merupakan penyakit yang terjadi akibat terganggunya sistem metabolisme tubuh, dimana insulin yang diproduksi pankreas gagal mengendalikan gula darah dalam tubuh. Gejala awal biasanya ditandai dengan sering buang air kecil, perasaan haus terus menerus dan penurunan berat badan. Di Dunia, DM menjadi salah satu momok menakutkan. Menurut data World Health Organization (WHO), hingga Tahun 2015, tak kurang dari 415 juta orang di dunia menderita DM. Angka ini dipastikan meningkat menjadi 642 juta penderita di Tahun 2040.
Menanggapi hal ini, salah satu ahli penyakit dalam dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Jongky Hendro, dr., SpPD mengatakan, peningkatan tersebut terjadi oleh karena faktor keturunan, pola makan dan gaya hidup. Sejalan dengan modernisasi kehidupan, tingginya angka konsumsi makanan cepat saji, penggunaan bahan pengawet dan rendahnya minat berolahraga di masyarakat, memicu obesitas di masyarakat. Ketika sudah mengalami obesitas, maka metabolisme gula dalam darah akan terganggu, sehingga memicu terjadinya diabetes dengan segala implikasinya.
Salah satu implikasinya adalah komplikasi pada kaki atau dalam istilah medis disebut dengan diabetic foot atau kaki diabtes. Aliran darah ke kaki yang sering kali terganggu akhirnya menimbulkan penyakit pembuluh darah perifer pada kaki. Pembuluh darah ini menyempit karena adanya timbunan lemak. Namun penderita diabetes tidak dapat merasakan sakit atau panas akibat penyempitan ini, sehingga yang terjadi adalah infeksi telah berkembang tanpa disadari oleh penderita. Inilah yang kemudian menyebabkan proses penyembuhan luka penderita diabetes lebih susah ditangani.
Hal ini seperti disampaikan Dokter Jongky dalam Lokakarya Work With Comunity bersama Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dan kader kesehatan se-Kecamatan Ngraho di Puskesma Ngraho, Selasa Siang. Mengambil topik Kaki Diabetes, para mahasiswa yang sedang melakukan kerja lapangan ini berusaha melihat kondisi masyarakat sekaligus mencari solusi sebagai bentuk early warning terhadap Diabetes Melitus.
Berdasarkan hasil penelitian random sampling di empat desa yaitu Sumberarum, Sumberagung, Tanggungan dan Ngraho masyarakat belum menyadari tentang risiko dan early warning tentang bahaya kaki diabetes. Hal ini terbukti dengan hasil penelitian, dari 30 responden, 27 orang penderita ternyata kurang pengetahuan terhadap perawatan kaki diabetes. Akibatnya, dari 30 responden ini, 15 orang diantaranya berisiko rendah, 9 (sembilan) orang berisiko sedang dan berisiko tinggi 3 (tiga) orang. Artinya, dari seluruh pasien yang dikunjungi, baru mengetahui jika luka yang terjadi pada kakinya berisiko diabetes setelah memasuki fase risiko rendah. Bahkan, tiga orang baru menyadari menderita diabetes setelah memasuki fase risiko tinggi.
Menyikapi hal ini, maka bidan desa dan kader kesehatan desa, Puskesmas Ngraho bekerjasama dengan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga melakukan focus group discussion. Hasilnya, masyarakat perlu diedukasi lebih banyak, baik berupa penyuluhan melalui bidan desa dan kader kesehatan desa atau melalui leaflet dan brosur-brosur tentang risiko dan cara perawatan kaki diabetes. Selain itu, masyarakat juga mulai diedukasi untuk mengatur pola makan dan pola hidup sehat melalui kelas gizi. Diharapkan nantinya masyarakat memiliki kesadaran dini sekaligus pengetahuan perawatan kaki diabetes sehingga risiko kaki diabetes di Kecamatan Ngrahgo dapat ditekan.